Rabu, 26 Februari 2014

The Poetry #2

Moon Reflection

Saat bayang hitam mengejar
Ku tetap berlari
Tuk bersembunyi
Tapi ia mengikuti
Tapi ia mengejar
Dan menemukan
Mendekati
Mencabik
Menelan
Tubuhku hilang dihapus
Derunya malam
Yang makin mengecam
Kelam


Wolferine

Sudah berulang kali dia kesana
Ke atas bukit saat bulan purnama
Lolongan kesedihan berulang kali

Diucapkan, sendu menyayat malam
Mengungkapkan gelisah dalam hati
Perih, pedih, dan tak terobati

Lihatlah kemari hai rembulan
Tataplah diriku yang hina ini
Walau kutahu memang
tidaklah pantas untukku

Dalam keheningan malam
Di bawah pohon perdu
Dia hanya duduk terpaku

Menanti sang dewi malam
Yang hanya berupa pancaran
Di dasar kolam


Au Revoir

Selamat  tinggal sayang…
Kata itu meluncur mudah
Dari mulut manis dengan
Senyum merekah

Bagai mengucap kehampaan
Yang sudah kau berikan
Sebagai tanda perpisahan

Berakhir kini semua berakhir
Titik tanpa koma maupun
Tanda Tanya
         .

Forget Me Not


Forget Me Not

          Hari ini terlihat sama seperti hari-hari lainnya, toko bunga yang sudah kurintis sejak delapan tahun yang lalu ini masih berjalan seperti biasanya. Merawat bunga dan melayani pembeli sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagiku, tapi pandanganku tentang hari ini segera  berubah setelah orang ini memasuki tokoku.
“Permisi tuan ada yang bisa saya bantu?” Aku selalu mengucapkan kata-kata seperti itu kepada para pembeli
“Apakah disini jual bunga forgetmenot, kalau bisa yang masih ada akarnya?”
“Wah, tentu saja ada. Apa anda ingin kami mengantarkannya ke rumah anda? Ongkos untuk menanam gratis.”
“Tidak perlu, saya yang akan menanamnya sendiri. Ini untuk hari ulang tahunnya…”
***

I know it’s very difficult to loving than to be loved…
          Aku muak melihat kata-kata puitis di dalam novel ini, novel picisan tentang seorang pemuda yang sangat mencintai seorang gadis yang bahkan tidak pernah membalas cintanya, aku benci pemuda itu seperti aku membenci diriku sendiri.
          Karena aku juga seperti dirinya mencintai tanpa dicintai, tapi bagaimana mau dicintai menyatakan cintaku saja aku tidak berani.
          Dia Rosabelle gadis yang kucintai selama 10 tahun. Aku juga kesal bagaimana mungkin ada orang yang mencintai secara diam-diam selama itu. Tapi semakin aku kesal semakin aku takut, semakin besar pulalah perasaan yang tersimpan di hatiku selama ini.
          Aku dan Rosa sudah saling mengenal sejak berusia 6 tahun sejak awal aku memang menyukainya dan rasa suka itu tumbuh menjadi rasa cinta. Seiring berjalannya waktu aku berusaha untuk mengubur dalam-dalam perasaan ini dan berusaha menjadi kakak yang baik untuknya, ya selama ini dia hanya menganggapku sebagai kakaknya tak kurang tak lebih.
“Hai Kev, lagi ngapain sih kelihatannya sibuk banget?” Tiba-tiba seseorang mengagetkanku dari belakang, dan dia adalah Rosa yang sedari tadi ku bicarakan
“Ro..Rosa apa yang kau lakukan disini?”
“Kamu ini gimana sih? Kan aku yang nanya duluan. Wah apa ini? Jadi, sekarang kamu juga suka baca novel romantis. Kupikir kamu nggak suka baca.”
“Terserah apa katamu deh, tapi ngapain kamu kesini? Tetangga sih tetangga tapi masak harus ketemu terus tiap hari.”
“Hahaha, tuh Lenny nyariin kamu.”
“Terus aku harus ngapain?”
“Ya temuin lah, dia kan suka sama kamu dari kita kelas lima SD, masak sampai SMA belum diterima juga cintanya..” Seketika aku merasakan ada sesuatu yang menusuk jantungku
“Kamu aja yang temuin dia, aku ngantuk.”
“Kasihan Lenny dong Kev, kamu juga baru saja bangun sudah mau tidur lagi.”
          Aku sudah tidak peduli lagi, kupingku sudah panas mendengar kata-kata seperti itu dari Rosa, tanpa mempedulikan apapun aku segera mengurung diriku kembali di kamar. Ingin rasanya merasakan amnesia sekarang supaya Rosa bisa keluar dari ingatanku.
          Kasihan katanya, dia saja tidak kasihan padaku yang selama ini mencitainya. Kenapa juga sekarang dia menambah penderitaanku dengan menjodohkanku dengan Lenny, salah satu teman kami saat SD dan sekarang bertemu lagi di SMA, yang kebetulan juga menyukaiku.
         Tapi bagaimanapun juga kupikir cintaku ini memang hanya untuk Rosa, walau dia tidak merasakan hal yang sama.

***

         I hate Monday. Seperti kebanyakan orang istilah itu pun berlaku padaku. Pagi ini rasanya aku sangat malas untuk pergi bersekolah, bukan karena pelajaran, maupun tugasnya, tapi karena Rosa.
          Ya, jika aku ke sekolah hari ini pastilah akan bertemu Rosa yang lain dan tidak bukan adalah teman sebelahku. Aku memang menghindarinya untuk saat ini. Bahkan kemarin setelah kejadian yang mengesalkan di pagi itu, aku tidak sedikit pun menyapanya seperti yang kulakukan pagi ini, seperti biasa aku dan Rosa berangkat bersama dengan sepeda motorku. Sepanjang perjalanan aku bersikap acuh padanya, mungkin menyadari sikapku yang berubah, dia mencoba untuk memulai pembicaraan di antara kami.
“Kamu kenapa sih?”
“Memang aku kenapa?”
“Menurutku kamu aneh hari ini, kamu marah soal kejadian kemarin?”
“Kejadian yang mana?”
“Kamu tiba-tiba lupa ingatan ya.”
“Maunya sih begitu..”
“Kamu bikin aku tambah pusing deh.”
“Sudah ngobrolnya kapan-kapan aja, sekarang masuk kelas dulu.”
              Di kelas aku tidak bicara sedikit pun pada Rosa, juga saat istirahat maupun saat bel pulang berbunyi. Entah mengapa aku merasa sangat marah padanya hingga sebuah ide gila terlintas di benakku.
“Lenny pulang bareng yuk!” Mulai sekarang aku akan mengikuti permainan Rosa tentang perjodohanku dengan Lenny
“Ka..kamu ngomong sama aku Kev?”
“Memang sama siapa lagi.”
“Terus Rosa gimana kan kalian biasanya pulang bareng?”
“Rosa nggak bakal keberatan kok, ya kan Ros?”
“Nggak kok, kalian bareng aja aku bisa pulang sendiri.”
“Ya sudah, yuk Len!”
“Duluan ya Ros!”
“Iya…”
***

          Sejak saat itu aku dan Rosa jadi jarang bertemu baik di rumah maupun di sekolah. Seperti hari ini aku tidak melihatnya lagi, sudah tiga hari dia tidak masuk sekolah, hal inilah yang membuatku diliputi perasaan khawatir dan cemas meskipun hari-hari sebelumnya aku bersikap acuh pada Rosa tapi bagaimanapun juga perasaanku padanya belum juga sirna.
            Akhirnya aku pun memutuskan untuk menemuinya hari ini. Tapi alangkah terkejutnya aku saat kulihat rumahnya sudah ditinggalkan ternyata keluarga Rosa sudah pindah rumah saat aku masih sekolah tadi. Kenapa dia tidak pernah memberitahuku bahkan dia tidak mengucapkan salam perpisahan. Apa bagi dia persahabatan kita selama ini tidak ada artinya.
          Detik itu juga semua mimpiku untuk mendapatkan cinta Rosa hilang seketika. Seperti matahari yang tertutup oleh mendung, dan langit yang seakan ikut bersedih dengan mengeluarkan tetes-tetes air seperti tetes air di mataku sendiri.

***
“Jadi, apa anda sudah menyatakan perasaan anda pada gadis itu?”
“Ya saya memang sudah menyatakannya, tapi itu sudah terlambat.”
“Kenapa, apa dia menyukai orang lain?”
“Tidak juga, dia juga mencintai saya. Hanya saja kami tidak mungkin bisa bersatu.”
“Tapi sepertinya kalian masih menjadi teman baik sampai sekarang, dan anda juga masih mencintainnya.”
“Bukan hanya sampai sekarang tapi untuk selama-lamanya.”

***
          Tiga, empat, lima tahun sudah terlewat sejak hari kepindahan Rosa. Tetap saja kenangan pahit itu masih terikat kuat dalam ingatanku. Rosa..mengucapkan namanya saja sudah membuat hatiku seperti tersayat-sayat sembilu, perih. Aku masih mencintainya hingga sekarang bahkan saat aku lulus kuliah pun aku masih tetap mencarinya.
          Entah karena cinta atau ego yang kuinginkan sekarang hanya bertemu dengannya, meski untuk kali yang terakhir. Saat aku hampir putus asa Rosa muncul dihadapanku mungkin takdir yang mengijinkan kita untuk bertemu sekali lagi.
“Kevin…selama ini aku nyariin kamu kemana-mana.”
“Kamu Rosa?”
“Saat teakhir kali aku ke rumahmu keluargamu bilang kalau kamu kuliah di Bandung.”
“Tunggu dulu, kamu benar-benar Rosa?”
          Aku masih sangat terkejut melihat Rosa saat ini, aku takut semua ini hanya bayanganku saja karena aku sudah benar-benar gila. Tiba-tiba Rosa memelukku seakan ingin meyakinkan jika semua ini nyata.
“Ini aku Kev, aku kangen banget sama kamu.”
“Rosa…aku juga kangen sama kamu.”

***
          Pertemuanku dengan Rosa dua hari yang lalu merupakan kejuatan yang sangat menggembirakan bagiku, karena ternyata dia masih mengingatku dan bahkan selama ini dia juga mencariku. Tapi sepertinya kegembiraan ini akan berlangsung terlalu cepat.
“Rosa kamu mau kan jadi pacarku?” Ini kesempatanku untuk menyatakan cinta padanya
“Kamu bicara apa sih Kev jangan bercanda deh.”
“Nggak aku serius, kamu mau ya jadi pacarku.”
“Maaf aku nggak bisa..”
“Tapi Ros aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu bahkan sejak kita baru umur enam tahun!”
“Jangan ngaco deh, mana mungkin kamu suka aku dari pertama kali kita ketemu. Sudah aku mau pulang saja.”
“Ros tunggu dulu dong!” Tanpa sengaja aku menarik tangannya terlalu kencang, sehingga menjatukan tas dari genggamannya
“Maaf aku nggak sengaja, sini aku bantuin.”
“Sudah nggak perlu, aku bisa sendiri.”
          Bodohnya aku hingga hal seperti ini terjadi, semoga Rosa tidak terlalu marah denganku. Aku takut sejak kejadian ini dia tidak mau ketemu aku lagi. Tapi apa ini, sebuah buku? Aku segera mengambilnya dan membacanya.
“Buku apa ini?”
“Tunggu jangan baca buku itu, sekarang kembaliin!”
“Sebentar aku baca dulu.” Dan betapa terkejutnya aku ternyata buku itu merupakan buku harian Rosa yang berisi tentang perasaannya padaku, tunggu perasaannya padaku?

2 February
Hari ini aku pulang bareng sama Kevin, memang sih setiap hari juga begitu tapi aku tetap senang andai aja kalau Kevin itu pacarku pasti hidupku yang cuma sebentar di dunia ini terasa jauh lebih indah. Walau saat ini aku baru bisa jadi sahabatnya
7 February
Kevin kenapa kamu pulang sama Lenny? Aku tahu kalau Lenny suka sama kamu apa kamu juga suka sama dia? Apa aku egois kalau aku minta kamu cuma sayang sama aku, tapi bukan sayangmu ke aku sekarang, seperti sayang dari kakak ke adiknya

13 February
Besok hari Valentine Kevin bakalan ngasih coklat ke aku nggak ya? Kuharap dia bakal ngasih aku coklat kalau besok berjalan sesuai harapanku aku nggak masalah kalau besok jadi Valentine terakhirku

9 March
Ini hari terakhir aku jadi tetangga Kevin, kenapa aku harus pindah saat hubungan kami sedang buruk kayak begini sih. Aku takut nggak bisa ketemu lagi sama dia, di Singapura nanti aku memang bakal ikut operasi kanker otak, gimana kalau operasinya gagal, aku takut…

15 March
Aku sangat bersyukur operasi ini berjalan lancar, sekarang aku akan berusaha untuk nyari Kevin, apa dia bakal nunggu aku ya atau dia malah nggak berharap aku buat nemuin dia, tapi aku yakin dia bakal nunggu aku, jadi ayo semangat Rosa!!

18 March
Operasiku berhasil tapi kenapa aku masih seng ngerasa pusing ya, Tuhan kuatkanlah aku..
24 March
Ternyata aku belum sembuh total, sel kanker dalam tubuhku masih ada. Aku takut kalau nggak bisa ketemu lagi sama Kevin. Tuhan berikanlah aku waktu beberapa tahun lagi sebelum kau menjemputku

Apryl…
May…
June…
July…

          Dan tulisan-tulisan itu berlanjut sampai tanggal sekarang, jadi Rosa sudah menulis di buku itu sejak bertahun-tahun yang lalu dan itu berarti dia juga mencintaiku sejak saat itu. Aku masih shock dengan kenyataan ini ternyata selama ini cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Perasaan gembira seolah meledak dari dalam hatiku tapi rasa itu segera hilang setelah melihat Rosa menangis.
“Apa kamu puas sekarang? Silahkan saja kalau kamu mau ngejek aku.”
“Ros, aku nggak pernah bermaksud untuk ngejek kamu.”
“Terus kenapa tadi kamu bilang cinta sama aku, mana mungkin kamu cinta sama orang yang hidupnya tinggal dua bulan lagi!”
“Rosa kamu jangan ngomong kayak begitu dong!”
“Memang begitu kan kenyataannya, aku ini sakit Kev! Nggak bakalan ada orang yang bisa ngerubah itu.”
“Memang nggak ada, kayak cintaku sama kamu nggak bakal ada yang bisa ngerubah.”
          Aku memeluk Rosa dan membawanya ke dekapanku, jika ini memang dua bulan terakhir baginya akan kubuat waktu ini menjadi waktu terindah dalam hidupnya.
          Mulai saat ini aku selalu menjaga Rosa, kita tertawa dan bergembira bersama. Aku selalu berusaha untuk memberinya semangat untuk terus berjuang tapi kanker di tubuh Rosa juga semakin kuat, ingn menangis rasanya aku jika melihat wajahnya yang semakin tirus dari hari ke hari, rambutnya juga sudah rontok karena banyaknya kemoterapi yang dilakukan.
          Hari ini aku mengajak Rosa ke taman di belakang rumah sakit, kuharap dengan menghirup udara segar dapat membantunya untuk melawan sel-sel kanker. Kini Rosa harus memakai kursi roda kakinya sudah tidak kuat lagi untuk mengangkat badannya.
          Taman disini indah banyak pohon-pohon rimbun dan bunga-bunga beraneka warna salah satunya adalah bunga-bunga biru yang menarik perhatian Rosa sedari tadi, bunga itu kecil dan lebih mirip semak-semak menurutku karena bunganya yang banyak dan bergerombol.
“Kevin tolong petikkan bunga itu buatku.”
“Apa menariknya bunga seperti ini?”
“Lihatlah walau bunga ini kecil, dia tetap berusaha untuk menunjukkan kecantikannya kepada semua orang dengan percaya diri, tidak seperti aku yang penakut ini.”
“Hahaha kalau begitu seharusnya aku juga belajar dari bunga ini, karena selama ini aku juga tidak percaya diri di dekatmu.”
“Kira-kira apa ya nama bunga ini?”
“Entahlah aku juga tidak tahu.”
“Aww..aduh Kevin kepalaku sakit!” Tiba-tiba Rosa pingsan padahal kami baru saja bicara
“Rosa..Ros bangun, kamu kenapa?”
          Aku langsung membawa Rosa ke UGD ternyata pembuluh darah di otaknya pecah, operasi segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa Rosa. Selama operasi berlangsung aku tidak bisa tenang, aku masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi disini. Kenapa waktu dua bulan terasa cepat sekali, Tuhan komohon jangan ambil Rosa sekarang, aku belum siap untuk kehilangan dirinya.
          Tapi apa daya, takdir berkehendak lain. Rosa meninggal hari ini juga setelah menjalani operasi selama delapan jam. Seluruh tulangku seakan patah dan hancur hingga aku tidak kuat untuk bediri lagi. Kenapa kami harus berpisah saat kami sudah bisa menyatakan perasaan masing-masing? Kenapa tidak dari dulu saja kami bersikap terbuka seperti saat ini? Kenapa cinta yang sudah mulai bersemi harus mati sebelum waktunya? Kenapa banyak sekali pertanyaan yang tidak terjawab? Kenapa..?
***
“Jadi, akhirnya gadis yang anda cintai itu meninggal?”
“Dulu juga saya berpikir seperti itu, tapi sekarang saya tahu jika dia akan tetap bersama saya untuk selamanya.”
“Lalu bunga-bunga ini bagaimana?”
“Saya akan menanamnya di makam Rosa, nama bunga ini forgetmenot kan?”
“Ya, seperti yang anda katakan, “forgetmenot” nama yang indah bukankah itu berarti jangan lupakan aku.”
“Saya akan memberitahu Rosa nama bunga ini, jika dia melihat bunga ini dia akan tahu jika aku tidak akan pernah melupakannya.”
“Penyesalan memang selalu datang belakangan ya.”
“Ya, memang..”
         

Indonesian Virtual Company

                                 


   Siap UN dengan mengerjakan soal-soal dari Invir, Ayo teman-teman belajar bersama di :