Rabu, 26 Februari 2014

The Poetry #2

Moon Reflection

Saat bayang hitam mengejar
Ku tetap berlari
Tuk bersembunyi
Tapi ia mengikuti
Tapi ia mengejar
Dan menemukan
Mendekati
Mencabik
Menelan
Tubuhku hilang dihapus
Derunya malam
Yang makin mengecam
Kelam


Wolferine

Sudah berulang kali dia kesana
Ke atas bukit saat bulan purnama
Lolongan kesedihan berulang kali

Diucapkan, sendu menyayat malam
Mengungkapkan gelisah dalam hati
Perih, pedih, dan tak terobati

Lihatlah kemari hai rembulan
Tataplah diriku yang hina ini
Walau kutahu memang
tidaklah pantas untukku

Dalam keheningan malam
Di bawah pohon perdu
Dia hanya duduk terpaku

Menanti sang dewi malam
Yang hanya berupa pancaran
Di dasar kolam


Au Revoir

Selamat  tinggal sayang…
Kata itu meluncur mudah
Dari mulut manis dengan
Senyum merekah

Bagai mengucap kehampaan
Yang sudah kau berikan
Sebagai tanda perpisahan

Berakhir kini semua berakhir
Titik tanpa koma maupun
Tanda Tanya
         .

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tema-tema yang diangkat cukup menarik dan beragam. Pengungkapan bahasanya juga cukup puitis. Mungkin yang masih perlu digali lagi adalah pemanfaatan piranti puitik seperti penggunaan metafora dan majas lain agar kedalaman dan juga isi sajaknya bisa menjadi lebih kaya dan menyentuh. Tetap semangat menulis dan berkaryalah yang sebanyak-banyaknya.

Salam
Penyair Kelana