Hari ini terlihat sama seperti
hari-hari lainnya, toko bunga yang sudah kurintis sejak delapan tahun yang lalu
ini masih berjalan seperti biasanya. Merawat bunga dan melayani pembeli sudah
menjadi rutinitas sehari-hari bagiku, tapi pandanganku tentang hari ini segera berubah setelah orang ini memasuki tokoku.
“Permisi
tuan ada yang bisa saya bantu?” Aku selalu mengucapkan kata-kata seperti itu
kepada para pembeli
“Apakah
disini jual bunga forgetmenot, kalau
bisa yang masih ada akarnya?”
“Wah,
tentu saja ada. Apa anda ingin kami mengantarkannya ke rumah anda? Ongkos untuk
menanam gratis.”
“Tidak
perlu, saya yang akan menanamnya sendiri. Ini untuk hari ulang tahunnya…”
***
I know it’s very difficult to loving than to be
loved…
Aku muak melihat kata-kata puitis di
dalam novel ini, novel picisan tentang seorang pemuda yang sangat mencintai
seorang gadis yang bahkan tidak pernah membalas cintanya, aku benci pemuda itu
seperti aku membenci diriku sendiri.
Karena aku juga seperti dirinya
mencintai tanpa dicintai, tapi bagaimana mau dicintai menyatakan cintaku saja
aku tidak berani.
Dia Rosabelle gadis yang kucintai
selama 10 tahun. Aku juga kesal bagaimana mungkin ada orang yang mencintai
secara diam-diam selama itu. Tapi semakin aku kesal semakin aku takut, semakin
besar pulalah perasaan yang tersimpan di hatiku selama ini.
Aku dan Rosa sudah saling mengenal
sejak berusia 6 tahun sejak awal aku memang menyukainya dan rasa suka itu
tumbuh menjadi rasa cinta. Seiring berjalannya waktu aku berusaha untuk
mengubur dalam-dalam perasaan ini dan berusaha menjadi kakak yang baik
untuknya, ya selama ini dia hanya menganggapku sebagai kakaknya tak kurang tak
lebih.
“Hai Kev, lagi ngapain
sih kelihatannya sibuk banget?” Tiba-tiba seseorang mengagetkanku dari
belakang, dan dia adalah Rosa yang sedari tadi ku bicarakan
“Ro..Rosa apa yang kau
lakukan disini?”
“Kamu ini gimana sih?
Kan aku yang nanya duluan. Wah apa ini? Jadi, sekarang kamu juga suka baca
novel romantis. Kupikir kamu nggak suka baca.”
“Terserah apa katamu
deh, tapi ngapain kamu kesini? Tetangga sih tetangga tapi masak harus ketemu
terus tiap hari.”
“Hahaha, tuh Lenny
nyariin kamu.”
“Terus aku harus
ngapain?”
“Ya temuin lah, dia kan
suka sama kamu dari kita kelas lima SD, masak sampai SMA belum diterima juga
cintanya..” Seketika aku merasakan ada sesuatu yang menusuk jantungku
“Kamu aja yang temuin
dia, aku ngantuk.”
“Kasihan Lenny dong
Kev, kamu juga baru saja bangun sudah mau tidur lagi.”
Aku sudah tidak peduli lagi, kupingku
sudah panas mendengar kata-kata seperti itu dari Rosa, tanpa mempedulikan
apapun aku segera mengurung diriku kembali di kamar. Ingin rasanya merasakan
amnesia sekarang supaya Rosa bisa keluar dari ingatanku.
Kasihan katanya, dia saja tidak
kasihan padaku yang selama ini mencitainya. Kenapa juga sekarang dia menambah
penderitaanku dengan menjodohkanku dengan Lenny, salah satu teman kami saat SD
dan sekarang bertemu lagi di SMA, yang kebetulan juga menyukaiku.
Tapi bagaimanapun juga kupikir cintaku
ini memang hanya untuk Rosa, walau dia tidak merasakan hal yang sama.
***
I
hate Monday. Seperti kebanyakan orang istilah itu pun berlaku padaku.
Pagi ini rasanya aku sangat malas untuk pergi bersekolah, bukan karena
pelajaran, maupun tugasnya, tapi karena Rosa.
Ya, jika aku ke sekolah hari ini
pastilah akan bertemu Rosa yang lain dan tidak bukan adalah teman sebelahku.
Aku memang menghindarinya untuk saat ini. Bahkan kemarin setelah kejadian yang mengesalkan
di pagi itu, aku tidak sedikit pun menyapanya seperti yang kulakukan pagi ini,
seperti biasa aku dan Rosa berangkat bersama dengan sepeda motorku. Sepanjang
perjalanan aku bersikap acuh padanya, mungkin menyadari sikapku yang berubah,
dia mencoba untuk memulai pembicaraan di antara kami.
“Kamu kenapa sih?”
“Memang aku kenapa?”
“Menurutku kamu aneh
hari ini, kamu marah soal kejadian kemarin?”
“Kejadian yang mana?”
“Kamu tiba-tiba lupa
ingatan ya.”
“Maunya sih begitu..”
“Kamu bikin aku tambah
pusing deh.”
“Sudah ngobrolnya
kapan-kapan aja, sekarang masuk kelas dulu.”
Di kelas aku tidak bicara sedikit
pun pada Rosa, juga saat istirahat maupun saat bel pulang berbunyi. Entah
mengapa aku merasa sangat marah padanya hingga sebuah ide gila terlintas di
benakku.
“Lenny pulang bareng
yuk!” Mulai sekarang aku akan mengikuti permainan Rosa tentang perjodohanku
dengan Lenny
“Ka..kamu ngomong sama
aku Kev?”
“Memang sama siapa
lagi.”
“Terus Rosa gimana kan
kalian biasanya pulang bareng?”
“Rosa nggak bakal
keberatan kok, ya kan Ros?”
“Nggak kok, kalian
bareng aja aku bisa pulang sendiri.”
“Ya sudah, yuk Len!”
“Duluan ya Ros!”
“Iya…”
***
Sejak saat itu aku dan Rosa jadi
jarang bertemu baik di rumah maupun di sekolah. Seperti hari ini aku tidak
melihatnya lagi, sudah tiga hari dia tidak masuk sekolah, hal inilah yang
membuatku diliputi perasaan khawatir dan cemas meskipun hari-hari sebelumnya
aku bersikap acuh pada Rosa tapi bagaimanapun juga perasaanku padanya belum
juga sirna.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk
menemuinya hari ini. Tapi alangkah terkejutnya aku saat kulihat rumahnya sudah
ditinggalkan ternyata keluarga Rosa sudah pindah rumah saat aku masih sekolah
tadi. Kenapa dia tidak pernah memberitahuku bahkan dia tidak mengucapkan salam
perpisahan. Apa bagi dia persahabatan kita selama ini tidak ada artinya.
Detik itu juga semua mimpiku untuk
mendapatkan cinta Rosa hilang seketika. Seperti matahari yang tertutup oleh
mendung, dan langit yang seakan ikut bersedih dengan mengeluarkan tetes-tetes
air seperti tetes air di mataku sendiri.
***
“Jadi, apa anda sudah menyatakan perasaan anda pada gadis itu?”
“Ya saya memang sudah menyatakannya, tapi itu sudah terlambat.”
“Kenapa, apa dia menyukai orang lain?”
“Tidak juga, dia juga mencintai saya. Hanya saja kami tidak
mungkin bisa bersatu.”
“Tapi sepertinya kalian masih menjadi teman baik sampai
sekarang, dan anda juga masih mencintainnya.”
“Bukan hanya sampai sekarang tapi untuk selama-lamanya.”
***
Tiga, empat, lima tahun sudah
terlewat sejak hari kepindahan Rosa. Tetap saja kenangan pahit itu masih
terikat kuat dalam ingatanku. Rosa..mengucapkan namanya saja sudah membuat
hatiku seperti tersayat-sayat sembilu, perih. Aku masih mencintainya hingga
sekarang bahkan saat aku lulus kuliah pun aku masih tetap mencarinya.
Entah karena cinta atau ego yang
kuinginkan sekarang hanya bertemu dengannya, meski untuk kali yang terakhir.
Saat aku hampir putus asa Rosa muncul dihadapanku mungkin takdir yang mengijinkan
kita untuk bertemu sekali lagi.
“Kevin…selama ini aku
nyariin kamu kemana-mana.”
“Kamu Rosa?”
“Saat teakhir kali aku
ke rumahmu keluargamu bilang kalau kamu kuliah di Bandung.”
“Tunggu dulu, kamu
benar-benar Rosa?”
Aku masih sangat terkejut melihat
Rosa saat ini, aku takut semua ini hanya bayanganku saja karena aku sudah
benar-benar gila. Tiba-tiba Rosa memelukku seakan ingin meyakinkan jika semua
ini nyata.
“Ini aku Kev, aku
kangen banget sama kamu.”
“Rosa…aku juga kangen
sama kamu.”
***
Pertemuanku dengan Rosa dua hari yang
lalu merupakan kejuatan yang sangat menggembirakan bagiku, karena ternyata dia
masih mengingatku dan bahkan selama ini dia juga mencariku. Tapi sepertinya
kegembiraan ini akan berlangsung terlalu cepat.
“Rosa kamu mau kan jadi
pacarku?” Ini kesempatanku untuk menyatakan cinta padanya
“Kamu bicara apa sih
Kev jangan bercanda deh.”
“Nggak aku serius, kamu
mau ya jadi pacarku.”
“Maaf aku nggak bisa..”
“Tapi Ros aku sayang
sama kamu, aku cinta sama kamu bahkan sejak kita baru umur enam tahun!”
“Jangan ngaco deh, mana
mungkin kamu suka aku dari pertama kali kita ketemu. Sudah aku mau pulang
saja.”
“Ros tunggu dulu dong!”
Tanpa sengaja aku menarik tangannya terlalu kencang, sehingga menjatukan tas
dari genggamannya
“Maaf aku nggak
sengaja, sini aku bantuin.”
“Sudah nggak perlu, aku
bisa sendiri.”
Bodohnya aku hingga hal seperti ini
terjadi, semoga Rosa tidak terlalu marah denganku. Aku takut sejak kejadian ini
dia tidak mau ketemu aku lagi. Tapi apa ini, sebuah buku? Aku segera
mengambilnya dan membacanya.
“Buku apa ini?”
“Tunggu jangan baca
buku itu, sekarang kembaliin!”
“Sebentar aku baca
dulu.” Dan betapa terkejutnya aku ternyata buku itu merupakan buku harian Rosa
yang berisi tentang perasaannya padaku, tunggu perasaannya padaku?
2 February
Hari ini aku pulang
bareng sama Kevin, memang sih setiap hari juga begitu tapi aku tetap senang
andai aja kalau Kevin itu pacarku pasti hidupku yang cuma sebentar di dunia ini
terasa jauh lebih indah. Walau saat ini aku baru bisa jadi sahabatnya
7 February
Kevin kenapa kamu
pulang sama Lenny? Aku tahu kalau Lenny suka sama kamu apa kamu juga suka sama
dia? Apa aku egois kalau aku minta kamu cuma sayang sama aku, tapi bukan
sayangmu ke aku sekarang, seperti sayang dari kakak ke adiknya
13 February
Besok hari Valentine
Kevin bakalan ngasih coklat ke aku nggak ya? Kuharap dia bakal ngasih aku
coklat kalau besok berjalan sesuai harapanku aku nggak masalah kalau besok jadi
Valentine terakhirku
9 March
Ini hari terakhir aku
jadi tetangga Kevin, kenapa aku harus pindah saat hubungan kami sedang buruk
kayak begini sih. Aku takut nggak bisa ketemu lagi sama dia, di Singapura nanti
aku memang bakal ikut operasi kanker otak, gimana kalau operasinya gagal, aku
takut…
15 March
Aku sangat bersyukur
operasi ini berjalan lancar, sekarang aku akan berusaha untuk nyari Kevin, apa
dia bakal nunggu aku ya atau dia malah nggak berharap aku buat nemuin dia, tapi
aku yakin dia bakal nunggu aku, jadi ayo semangat Rosa!!
18 March
Operasiku berhasil tapi
kenapa aku masih seng ngerasa pusing ya, Tuhan kuatkanlah aku..
24 March
Ternyata aku belum
sembuh total, sel kanker dalam tubuhku masih ada. Aku takut kalau nggak bisa
ketemu lagi sama Kevin. Tuhan berikanlah aku waktu beberapa tahun lagi sebelum
kau menjemputku
Apryl…
May…
June…
July…
Dan tulisan-tulisan itu berlanjut
sampai tanggal sekarang, jadi Rosa sudah menulis di buku itu sejak
bertahun-tahun yang lalu dan itu berarti dia juga mencintaiku sejak saat itu.
Aku masih shock dengan kenyataan ini ternyata selama ini cintaku tidak bertepuk
sebelah tangan. Perasaan gembira seolah meledak dari dalam hatiku tapi rasa itu
segera hilang setelah melihat Rosa menangis.
“Apa kamu puas
sekarang? Silahkan saja kalau kamu mau ngejek aku.”
“Ros, aku nggak pernah bermaksud
untuk ngejek kamu.”
“Terus kenapa tadi kamu
bilang cinta sama aku, mana mungkin kamu cinta sama orang yang hidupnya tinggal
dua bulan lagi!”
“Rosa kamu jangan
ngomong kayak begitu dong!”
“Memang begitu kan
kenyataannya, aku ini sakit Kev! Nggak bakalan ada orang yang bisa ngerubah
itu.”
“Memang nggak ada,
kayak cintaku sama kamu nggak bakal ada yang bisa ngerubah.”
Aku memeluk Rosa dan membawanya ke
dekapanku, jika ini memang dua bulan terakhir baginya akan kubuat waktu ini
menjadi waktu terindah dalam hidupnya.
Mulai saat ini aku selalu menjaga
Rosa, kita tertawa dan bergembira bersama. Aku selalu berusaha untuk memberinya
semangat untuk terus berjuang tapi kanker di tubuh Rosa juga semakin kuat, ingn
menangis rasanya aku jika melihat wajahnya yang semakin tirus dari hari ke
hari, rambutnya juga sudah rontok karena banyaknya kemoterapi yang dilakukan.
Hari ini aku mengajak Rosa ke taman
di belakang rumah sakit, kuharap dengan menghirup udara segar dapat membantunya
untuk melawan sel-sel kanker. Kini Rosa harus memakai kursi roda kakinya sudah
tidak kuat lagi untuk mengangkat badannya.
Taman disini indah banyak pohon-pohon
rimbun dan bunga-bunga beraneka warna salah satunya adalah bunga-bunga biru yang menarik perhatian Rosa sedari tadi, bunga itu kecil dan lebih mirip
semak-semak menurutku karena bunganya yang banyak dan bergerombol.
“Kevin tolong petikkan
bunga itu buatku.”
“Apa menariknya bunga
seperti ini?”
“Lihatlah walau bunga
ini kecil, dia tetap berusaha untuk menunjukkan kecantikannya kepada semua
orang dengan percaya diri, tidak seperti aku yang penakut ini.”
“Hahaha kalau begitu
seharusnya aku juga belajar dari bunga ini, karena selama ini aku juga tidak
percaya diri di dekatmu.”
“Kira-kira apa ya nama
bunga ini?”
“Entahlah aku juga
tidak tahu.”
“Aww..aduh Kevin
kepalaku sakit!” Tiba-tiba Rosa pingsan padahal kami baru saja bicara
“Rosa..Ros bangun, kamu
kenapa?”
Aku langsung membawa Rosa ke UGD
ternyata pembuluh darah di otaknya pecah, operasi segera dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa Rosa. Selama operasi berlangsung aku tidak bisa tenang, aku
masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi disini. Kenapa waktu dua bulan
terasa cepat sekali, Tuhan komohon jangan ambil Rosa sekarang, aku belum siap
untuk kehilangan dirinya.
Tapi apa daya, takdir berkehendak
lain. Rosa meninggal hari ini juga setelah menjalani operasi selama delapan
jam. Seluruh tulangku seakan patah dan hancur hingga aku tidak kuat untuk
bediri lagi. Kenapa kami harus berpisah saat kami sudah bisa menyatakan
perasaan masing-masing? Kenapa tidak dari dulu saja kami bersikap terbuka
seperti saat ini? Kenapa cinta yang sudah mulai bersemi harus mati sebelum
waktunya? Kenapa banyak sekali pertanyaan yang tidak terjawab? Kenapa..?
***
“Jadi,
akhirnya gadis yang anda cintai itu meninggal?”
“Dulu
juga saya berpikir seperti itu, tapi sekarang saya tahu jika dia akan tetap
bersama saya untuk selamanya.”
“Lalu
bunga-bunga ini bagaimana?”
“Saya
akan menanamnya di makam Rosa, nama bunga ini forgetmenot kan?”
“Ya,
seperti yang anda katakan, “forgetmenot” nama
yang indah bukankah itu berarti jangan lupakan aku.”
“Saya
akan memberitahu Rosa nama bunga ini, jika dia melihat bunga ini dia akan tahu
jika aku tidak akan pernah melupakannya.”