Jumat, 27 Desember 2013

My Another Poetry

Mimpi



Semuanya terasa berbeda hari ini

Wajahku tampak biru dan bibirku sepucat salju

Kakiku kaku dengan kuku membeku
Di luar matahari yang semula ungu berubah lembayung 
Suasana menjadi sunyi dengan detikan jarum jam 
Yang seakan ingin menerkam, terkam
Lolongan anjing merintihkan ketakutan

Takut akan sosok hitam yang mengintip

Dari balik bayang dedaunan

Semua terdiam tenggelam terhanyut

Hujan yang tak kunjung reda, hujan

Yang menghanyutkanku entah kemana

Semua tercenung merenung nasib, nasib

Yang buram kelam bagai kertas di pembakaran

Terbakar api, api yang tak pernah padam

Kayu memercik Api

Api mencabik Kertas

Kertas melapuk Abu

Dari abu lahir seekor itik buruk rupa

Yang mengira dirinya seekor angsa

Kuharap ini hanyalah mimpi belaka


Surat Kasih



Senja hari di kota tua

Telah terkirim sepucuk surat

Dengan sampul lusuh dan terlipat

Nama itu, nama yang dikenalnya

Yang tertera jelas pada muka


    Terabaikan
    Terbuang


Entah berpuluh, beratus, bahkan beribu
Surat yang sama dan nama yang sama
Lagi-lagi hanya sebuah tragedi


      Terabaikan
      Terbuang

Terakhir kali terkirim surat
Surat yang berbeda dengan sebelumnya
Tanpa nama dan sampul yang sama


   Setetes air mata jatuh
   Penuh sesal dan kesedihan


      Mulai kini tak akan ada lagi
      Yang diabaikan, dibuang


           Selama ini semua itu hanya
           Saksi bisu..
           Cintamu padaku


2 komentar:

Catatan Deni mengatakan...

bagus puisinya,
visit punya gue ya :)
dtkisland.blogspot.com

Anonim mengatakan...

mengapa puisi yang ditampilkan cenderung muram? apakah itu memang sisi kelam yang ingin kamu tampilkan. habisnya isinya sedih atau serem melulu...